Dalam “Talkshow of The East” pada Nation Building Conference 2024, Johannes Rettob—yang sekarang menjabat sebagai Bupati Mimika periode 2025–2030—menyampaikan pesan penuh visi dan harapan. NBC 2024 yang digelar Relawan Pemimpin Indonesia bersama Satu Cerita untuk Indonesia, ia menegaskan pentingnya menggali potensi alam yang melimpah dan mengurai kendala regulasi demi kemajuan masyarakat Mimika. Berikut inti pidato beliau:
“Saya kebetulan di Mimika, dan Mimika ini satu kabupaten yang terletak di Provinsi Papua Tengah saat ini. Di pantai selatan, wilayah kita sangat luas—terdiri dari hutan, gunung, dan pantai yang indah—dengan potensi alam luar biasa. Di sini terletak salah satu gunung tertinggi di dunia, termasuk bagian dari Seven Summits, yakni Gunung Cartens. Pantai-pantai dengan pasir putih yang luar biasa, serta hutan mangrove yang sangat luas telah ditetapkan sebagai kawasan lindung. Bahkan, ada Taman Lawrence yang menjadi bagian pengelolaan kawasan mangrove. Semua ini menunjukkan bahwa Mimika memiliki potensi pariwisata alam yang sangat besar.”
Johannes menambahkan bahwa seluruh pembangunan di Mimika sering terkendala oleh regulasi hutan lindung:
“Karena banyak area kita ditetapkan sebagai hutan lindung, setiap pembangunan harus melalui prosedur panjang dan ketetapan dari Kementerian di Jakarta. Ini menjadikan realisasi proyek di Mimika berjalan lambat karena banyak birokrasi yang berpusat di Pulau Jawa.”
Lebih lanjut, dalam sambutannya ia menyoroti keberadaan PT Freeport Indonesia:
“PT Freeport Indonesia mungkin sudah tidak asing bagi kita—perusahaan tambang terbesar di dunia yang beroperasi di sini, dengan tambang emas yang menghasilkan kontribusi ekonomi signifikan. Namun, kita juga punya laut, yang di peta dikenal sebagai Laut 758, di mana potensi ikan sangat besar. Saat ini kita baru mengolah sekitar 0,025% dari potensi laut tersebut. Artinya, sektor perikanan punya ruang sangat besar untuk dikembangkan.”
Poin-Poin Penting Keynote Johannes Rettob
- Potensi Alam yang Sangat Besar
- Mimika memiliki Gunung Cartens (bagian dari Seven Summits).
- Pantai-pantai berpasir putih dan hutan mangrove seluas puluhan ribu hektar (Taman Lawrence).
- Potensi pariwisata alam (gunung, pantai, dan mangrove) belum dimanfaatkan secara maksimal.
- Hambatan Regulasi Hutan Lindung
- Banyak kawasan di Mimika ditetapkan sebagai hutan lindung → setiap pembangunan menunggu persetujuan kementerian di Jakarta.
- Regulasi disusun dengan asumsi kondisi di Pulau Jawa, sehingga memperlambat percepatan pembangunan di Papua, khususnya Mimika.
- Keberadaan PT Freeport Indonesia
- Freeport sebagai tambang emas terbesar di dunia membawa kontribusi ekonomi.
- Namun, sektor tambang belum berdampak merata ke seluruh lapisan masyarakat.
- Sumber Daya Perikanan yang Belum Terkelola
- Laut 758 menyimpan potensi ikan besar; saat ini baru diolah 0,025%.
- Kesempatan besar untuk mengembangkan industri perikanan lokal, peningkatan kesejahteraan nelayan.
- Tantangan Logistik dan Industri Lokal
- Topografi Mimika (pegunungan, delta, pesisir) menyulitkan distribusi barang; harga kebutuhan pokok tinggi.
- Usulan: Memusatkan pembangunan industri dan logistik di Papua (khususnya Mimika) agar harga menjadi lebih terjangkau.
- Regulasi Pusat yang Kurang Sensitif pada Karakter Lokal
- Kebijakan pemerintah pusat seringkali tidak mempertimbangkan kondisi geografis dan sosial ekonomi Papua.
- Diperlukan pembaruan kebijakan agar lebih responsif dan tidak memberatkan daerah.
- Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Mimika
- Populasi sekitar 360 ribu jiwa, dengan luas wilayah 21 ribu km², tersebar di pantai, dataran, dan pegunungan.
- Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran—meski hidup di “lumbung padi”—mengakibatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rendah.
- Akses pendidikan dan kesehatan masih terbatas; angka harapan hidup relatif rendah.
- Urgensi Kolaborasi Pemerintah Daerah dan Pusat
- Intervensi intensif diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Mimika.
- Pemimpin di Papua perlu inovasi, kreativitas, dan keberanian untuk terus mendorong pembangunan berkelanjutan.
- Kerja sama lintas pemerintah daerah dan pusat menjadi kunci, terutama dalam menyusun kebijakan pro-rakyat Papua.
- Mengurai Stigma Negatif terhadap Papua
- Papua aman, damai, dan masyarakatnya ramah; kegiatan sehari-hari berjalan normal tanpa gangguan.
- Media sering menampilkan narasi sebaliknya; Johannes mengundang semua pihak untuk datang langsung dan melihat sendiri kondisi sesungguhnya.
Hambatan Logistik dan Perlunya Industrialisasi Lokal
Bupati terpilih Johannes Rettob kemudian memaparkan tantangan distribusi barang dan transportasi:
Bupati terpilih Johannes Rettob kemudian memaparkan tantangan distribusi barang dan transportasi:
“Masyarakat Mimika yang berjumlah sekitar 360 ribu jiwa, dengan wilayah 21 ribu km², tersebar antara dataran pantai, delta, dan pegunungan. Topografi ini membuat transportasi sangat mahal, sehingga harga-harga di Mimika bergantung pada distribusi dari Pulau Jawa. Ke depan, industri-industri harus dipusatkan di Papua, khususnya di Mimika, agar harga bisa lebih terjangkau dan perekonomian lokal tumbuh.”
Poin Kritis: Regulasi Pusat yang Belum Sensitif pada Karakter Papua
Dalam sesi “Talkshow of The East”, Johannes secara tegas menyoroti regulasi pemerintah pusat yang dianggap tak mencerminkan kondisi Papua:
Dalam sesi “Talkshow of The East”, Johannes secara tegas menyoroti regulasi pemerintah pusat yang dianggap tak mencerminkan kondisi Papua:
“Bapak/Ibu sekalian, regulasi yang dibuat oleh Pemerintah Pusat seringkali berkaca pada Jawa tanpa melihat realitas kita di Papua. Ini menjadi tantangan besar dalam pembangunan di Kabupaten Mimika dan seluruh Papua, bahkan Maluku. Kita perlu pembaruan kebijakan agar tidak merugikan daerah.”
Potensi Ekonomi Rakyat yang Masih Terabaikan
Johannes Rettob tak lupa menyampaikan fakta sosial-ekonomi:
Johannes Rettob tak lupa menyampaikan fakta sosial-ekonomi:
“Potensi perikanan, peternakan, pertanian, dan pariwisata di Mimika sangat besar. Namun, hingga hari ini masyarakat Mimika masih memiliki angka kemiskinan tinggi meski hidup di ‘lumbung padi’. Kita tertawa, tetapi ‘tikus mati di lumbung padi’. Pengangguran juga tinggi. Hal ini berdampak pada Indeks Pembangunan Manusia yang masih rendah—karena persoalan pendidikan dan akses kesehatan yang terbatas.”
Ia menekankan urgensi intervensi pemerintah daerah dan pusat:
“Pemerintah harus banyak menginterferensi, membantu masyarakat Mimika. Pemimpin di Papua harus punya inovasi, kreatif, dan berani. Kita harus bekerja sama dengan Pemerintah Pusat untuk memberi perhatian khusus pada Mimika, bagaimana cara memandu kebijakan pusat agar sejalan dengan kebutuhan rakyat di sini.”
Pesan Penutup: Undangan untuk Mengenal Papua Lebih Dekat
Menutup pidatonya, Johannes Rettob mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menyingkirkan stigma negatif tentang Papua:
Menutup pidatonya, Johannes Rettob mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menyingkirkan stigma negatif tentang Papua:
“Kalau ada gerakan-gerakan yang terdengar keributan, itu hanya ketidakpuasan sebagian kecil. Tapi saya ingin tegaskan: Papua itu aman, Papua itu damai, dan sangat indah. Media sering menayangkan seolah-olah Papua kacau, padahal masyarakatnya sangat ramah. Saya sendiri berdomisili di sana—kita bisa jalan 24 jam tanpa gangguan berarti. Mari datang, lihat langsung keindahan Mimika dan keramahan rakyat Papua.”
Sebagai Bupati Mimika terpilih (2025–2030), Johannes Rettob berkomitmen melanjutkan langkah konkret berikut: memperkuat kebijakan sensitivitas lokal, mendorong pembangunan infrastruktur industri di Mimika, serta menggali potensi ekonomi berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan. Pidato dalam “Talkshow of The East” menjadi sinyal kuat bagi seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah untuk bergandeng tangan mewujudkan Mimika yang lebih maju dan sejahtera.
Berita ini ditulis oleh Tim Humas Relawan Pemimpin Indonesia.